Jumat, 30 November 2007

Sejarah Rocksteady

"My boy lollipop" yang dibawakan oleh Millie Small adalah cover version dari lagu bercorak R&B milik Barbie Gaye, menjadi lagu favorit generasi Mods di Inggris. Bagi mereka, pilihan musik adalah 'soul', disamping itu mereka menyukai ska dengan cara berpakaian ala 'Rudeboy'.
Beberapa tahun kemudian, diantara mereka yang menjadi 'Skinhead' meniru gaya penampilan tersebut. Terjadi suatu hubungan antara ras kulit putih dengan ras kulit hitam.
Baik Skinhead ataupun Rudeboy, kedua-duanya adalah 'kelas pekerja' yang mempunyai gaya hidup sendiri.

Fenomena Rudeboy bermula dari Jamaika yang kemudian menyebar ke daratan Inggris.
Adalah pemuda-pemuda pengangguran yang lahir di kota Kingston setelah masa kemerdekaan. Tanpa pekerjaan & uang mereka tinggal di wilayah 'ghetto' seperti Trenchtown & Riverton city Terkadang mereka membentuk 'gang' & terjun kedunia kriminal. Rudeboy hidup dalam lingkungan masyarakat pinggiran & mengekspresikan diri mereka dengan cara berpakaian serta gaya berdansa yang khas. Ska, dengan ketukan tempo yang cepat membutuhkan cukup energi untuk berdansa.
Tetapi Rudeboy tidak begitu menyukai gaya berdansa yang terlalu cepat. Mereka biasanya berdansa dengan setengah ketukan tempo irama ska. Oleh karena itu, ska berubah untuk mengakomodasikannya.

lahirlah Rocksteady

Musik ska berubah. Pada tahun 1966 hampir setengah dekade, saat dimana musik ska berkembang, tetapi tidak untuk irama dasar dan aransemennya. Masih dengan definisi 'Offbeat' & pola permainan bass 'free walking style'. Konsep rocksteady membawa ide baru untuk ska. Iramanya begitu eksperimental & lebih pelan. Adalah Hopeton Lewis yang membawakan lagu "Take it easy" dalam bentuk ska tetapi tidak dapat menemukan bentuk irama yang pas, kemudian ia bawakan dalam tempo irama yang pelan. Dan ketika aransemen telah selesai, seorang teman mengatakan, "That's rock steady man, that's rockin' steady" dan begitulah nama rocksteady pun lahir.

Topik tentang Rudeboy terus berlanjut sepanjang periode ska & mencapai puncak popularitas pada musim panas 1964. Beat ska menjadi pelan & rocksteady pun lahir. Memaksa para 'dancers' untuk berdansa lebih pelan. 'Slow to rock'. Ada juga yang berpendapat bahwa rocksteady lahir dari ketidakpuasan para musisi terhadap ska & pencarian sesuatu yang baru. Apapun alasannya, rocksteady lahir untuk berbeda dengan ska. Dengan 'memutus' ritme ska, memberikan efek pola permainan bass untuk bermain lebih terangkai (cluster), ketimbang permainan bass pada irama ska yang berpola linier (continuous line).

Tak diragukan corak irama baru ini terbukti menjadi populer ("Take it easy" terjual 10.000 kopi hanya dalam waktu satu minggu). Sebagian karena irama ini tergolong baru & juga para 'dancers' tidak perlu mengeluarkan banyak energi. Oleh karena itu mereka dapat bertahan lama di 'dance floor'.

Walaupun ska menyebar di Inggris, namun ska tidak bertahan lama hingga rocksteady menjadi populer. Disebabkan oleh 2 hal yaitu, berdirinya lisensi 'Trojan Records' (record label dari Jamaika) & para musisi yang mencoba menerapkan bentuk baru tersebut.

Orang pertama yang mempopulerkan rocksteady di Inggris adalah Desmond Dekker (nama asli:
Desmond Dacres) sebelumnya ia bergabung lama dengan Leslie Kong, hingga pada tahun 1967 ia memutuskan untuk solo & mencetak hit pertamanya, "007 (Shanty town)".Adalah salah satu diantara lagu-lagunya yang banyak mempengaruhi 'Judge Dread'. Di Inggris singlenya (dirilis oleh Trojan Records) mencapai chart lagu #12 & terus bertahan menjadi hit hingga memasuki tahun 1969. Pada saat itu pula di Jamaika sedang dilanda 'demam' Reggae.
Hit Desmond Dekker yang paling populer adalah "Israelites" mencapai puncak chart lagu #1
di Inggris, Kanada, Swedia, Jerman Barat, Belanda, Afrika Selatan & menjadi hit pertamanya pada chart lagu di Amerika #9.

Rocksteady tidak hanya menurunkan tempo, tetapi juga mengalihkan penekanan pada alat tiup kearah gitar dan vokal. Singkop ketukan yang 'jumpy' menjadi kurang tegas. Hingga menghasilkan versi sound yang lebih rileks dari 'American soul'. Tiga contoh utama untuk sound baru ini adalah Delroy Wilson dengan "Dancing mood", The Gaylads dengan "Stop making love", dan tentunya Desmond Dekker dengan "Israelites" & "007 (Shanty town)". Kesemuanya mencirikan gaya rocksteady, sound yang lebih mirip dengan 'American soul' & gospel ketimbang irama ska 'riang gembira' yang nuansanya mengadaptasi dari gaya New Orleans. Walaupun demikian, para musisi Jamaika masih terpengaruh oleh pop gaya Amerika & Eropa untuk terus mengadaptasi & mengembangkan bentuk-bentuk tersebut kedalam tradisi & idealisme bermusik mereka.

Seiring dengan pertumbuhan gerakan Skinhead, popularitas Mods pun memudar. Hingga
rocksteady pun berkembang menjadi reggae. Tiba di Inggris, musik ini dikenal dengan sebutan 'Skinhead reggae'. Puncak popularitas rocksteady amat singkat, paling tidak di Jamaika.
Bagaimana pun, hanya berlangsung antara pertengahan tahun 1966 hingga akhir 1967. Menurut Morgan, salah seorang musisi, "Kami tidak menyukai nama 'rocksteady', jadi kami mencoba untuk membuat versi yang berbeda dari lagu "Fat man" (salah satu lagu yang menjadi hit diawal karirnya)". Beat pun diubah dengan menggunakan tambahan organ untuk memberi nuansa pada irama. Bunny Lee sang produser menyukai versi baru tersebut. "Ia menciptakan sound dengan organ & ritem gitar. Sound-nya seperti 'reggae,reggae'". Istilah tersebut keluar begitu saja.
Bunny Lee pun mulai menggunakan istilah tersebut dan kemudian seluruh musisi mengikutinya.
Ada pula yang berargumen bahwa 'reggae' diambil dari judul lagu The Maytals di tahun 1968 berjudul "Do the Reggay".

"Ada beberapa penulis musik yang secara keliru mengatakan bahwa ska & rocksteady berubah menjadi reggae. Bahwa sebenarnya reggae adalah bagian yang memisah dari keduanya. Ketukan ska adalah 'shuffles', sedangkan irama reggae lebih pelan, lebih lincah & lebih tercirikan oleh permainan perkusi. Dan juga reggae lebih berorientasi pada vokal, sedikitnya lebih enak untuk di dengar dari pada untuk berdansa. Liriknya pun lebih politis ketimbang ska ataupun rocksteady".

Senin, 12 November 2007

Sejarah Musik Ska

Untuk mempelajari sejarah musik ska, kita harus memahami tentang sebuah makna dalam perjalanan waktu. Begitu halnya dengan sejarah musik ska. Perang Dunia II adalah yang mengubah segalanya. Kekuasaan Inggris terhadap negara-negara jajahannya runtuh sebelum masa PD II dan terpecah belah pada saat pertengahan masa peperangan. Inggris memberikan kemerdekaan kepada negara-negara jajahannya setelah mendapat tekanan dari pemerintahan kolonial. Pada tahun 1962, Jamaika membentuk pemerintahan sendiri meskipun masih tetap sebagai negara persemakmuran. Budaya Jamaika dan musiknya mulai terefleksi dalam optimisme baru dan aspirasi rakyat yang liberal.

Sejak tahun 40-an, Jamaika telah mengadopsi dan mengadaptasi berbagai bentuk musik dari Amerika. Pada saat PD II berakhir, banyak band-band di Jamaika yang memainkan musik-musik dansa.Grup seperti Eric Dean Orchestra, dengan trombonisnya, Don Drummond dan master gitarisnya Ernest Ranglin, terpengaruh oleh musisi-musisi jazz Amerika, seperti Count Bassie, ErskineHawkins, Duke Ellington, Glenn Miller & Woody Herman.

Pada tahun 50-an, ketenaran band-band jazz di Amerika digantikan oleh grup-grup yang kecil dan cenderung lebih memainkan irama bop/rhythm & blues sound. Musisi Jamaika yang sering berkunjung ke Amerika terpengaruh dan membawa pola permainan musik tersebut ke daerah asalnya. Band-band lokal di Jamaika, seperti Count Smith The Blues Blaster, Sir Nick The Champ, dan Tom The Great Sebastian mulai memainkan gaya baru tersebut. Pada tahun 1954, pertunjukan terbesar pertama kali diadakan di kota Kingston tepatnya di Ward Theatre. Band-band tradisional yang memainkan irama mento-folk-calypso ikut ambil bagian dan sering sekali band-band tersebut mengisi acara di hotel-hotel yang ada di Jamaikadan seputar pulau tersebut. Pada akhir tahun 50-an, pengaruh-pengaruh jazz, R&B, & mento (sejenis musik calypso) melebur menjadi satu bentuk baru yang dinamakan 'shuffled'. Irama shuffled memeroleh popularitas berkat kerja keras musisi-musisi, seperti Neville Esson, Owen Grey, The Overtakers, dan The Matador Allstars.

Banyak studio & perusahaan rekaman yang mengalami perkembangan dan terus berusaha untuk mencari talenta-talenta baru. The Jamaican Broadcasting Corporation pun ikut membangkitkan semangat kepada musisi-musisi muda melalui siaran acara-acara di radio.

Dua orang yang sangat berpengaruh dalam perkembangan musik di Jamaika pada tahun 50-an adalah Duke Reid dan Clement Seymour Dodd. Bersama istrinya, Duke Reid memiliki toko 'Treasure IslandLiquor' yang berlokasi di jalan Bond (Bond street). Soundsystem Reid dikenal dengan nama 'The Trojan', diambil dari tulisan yang tertera pada truknya. Truk yang biasa digunakan sebagai angkutan barang untuk tokonya. Dodd menamakan soundsystem miliknya 'Sir CoxsoneDownbeat' yang diambil dari nama pemain kriket asal Yorkshire, Coxsone. Sepanjang akhir dekade, dua orang tersebut memimpin persaingan dalam bisnis musik. Walaupun Coxsone lebih dekat dengan 'Ghetto' (perkampungan yang didiami kaum atau kelompoktertentu), namun Reid yang dianugerahi sebagai 'King of sound & blues' di Success Club (acara penganugerahan) pada tahun 1956, 1957, 1958.

Pada tahun 1962, saat Jamaika sedang gandrung meniru musik-musik Amerika, Cecil Bustamente Campbell yang kemudian dikenal dengan nama 'Prince Buster', tahu bahwa sesuatu yang barusangat dibutuhkan pada saat itu. Ia memiliki seorang gitaris yang bernama Jah Jerry yang kemudian bereksperimen dengan menitikberatkan ketukan 'afterbeat' ketimbang 'downbeat'. Hingga pada saat ini, ketukan afterbeat menjadi esensi dari singkop (penukaran irama) khas Jamaika. Ska pun lahir. Soundsystem/studio rekaman pun mulai merekam hasi kerja mereka dengan tidak memberikan label pada vinyl (piringan hitam) dengan tujuan agar memeroleh keuntungan di antara para pesaingnya. Jadi, yang lain tidak dapat melihat apa yang dimainkan dan 'mencuri' untuk sondsystem mereka sendiri.

Perang antarsoundsystem pun memuncak hingga pada saat para donatur terancam oleh segerombol orang-orang yang menyebabkan permasalahan. Orang-orang ini dinamakan 'Dance Hall Crashers'.Meskipun fasilitas Mono Recording yang masih primitif, keteguhan hati dari antusias akan musik ska yang memungkinkan untuk menjadi musik komersil dari Jamaika yang pertama kali. Dan kenyataannya ska dikenal sebagai musik dansa rakyat Jamaika.

Sepanjang tahun 60-an wilayah ghetto di Jamaika dipenuhi oleh pemuda-pemuda yang mencari pekerjaan. Pada waktu itu, memeroleh pekerjaan sangat susah di dapat. Pada awalnya pemuda-pemuda ini tidak tertarik dengan optimisme musik ska. Pemuda-pemuda tersebut menciptakan identitas kelompok sebagai 'Rude Boy' (sebuah trend di kalangan pemuda yang pernah terjadi pada periode awal tahun 40-an)Menjadi 'Rude' artinya menjadi seseorang dimana masyarakat menganggapnya tidak berguna. Gaya dansa ska para Rude Boy memiliki ciri khas tersendiri, lebih pelan, dengan tingkahseakan-akan meninju seseorang. Rude Boy memiliki koneksitas dengan 'Scofflaws' (orang-orang yang selalu menentang hukum) dan dunia kriminal lainnya. Hal ini terefleksikan dalam lirik-liriklagu ska. (catatan: gaya penampilan berpakaian Rude Boy yaitu dengan celana panjang yang mengatung hanya semata kaki). Musik ska sekali lagi mengalami perubahan untuk merefleksikan'Mood of the rude' dengan menambahkan tensi pada permainan bass yang disesuaikan dengan gaya sebelumnya yaitu 'free-walking bass style'.
Banyak yang berbondong-bondong mengadu nasib di Kota Kingston untuk memperoleh ketenaran dalam industri musik yang kemudian beralih menjadi penjual ganja ketika gagal dan modal makin menipis. Banyak pula yang berkecimpung dalam dunia kriminal (tergambar dalam film 'The Harder They Come' yang diperankan oleh Jimmy Cliff ... film ini dipercaya mengisahkan tentang perjalanan hidup Jimmy Cliff)

Dua partai politik yang ada di Jamaika membentuk banser bersenjata. Opini publik pun mengarah pada penentangan terhadap kelompok Rude Boy dan penggunaan senjata api. Peraturan pemilikan senjata api pun ditilik kembali setelah melalui periode ketika kepemilikan senjata diperbolehkan asal tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Siapa pun yang memiliki senjata api yang ilegal, diancam hukuman penjara seumur hidup.

Artis dan produser mendukung bahkan 'memaafkan' atas perilaku kelompok Rude Boy melalui musik ska. Dukungan untuk tidak menggunakan senjata api terefleksi dalam lagu-lagu seperti"Lawless street" dari kelompok Soul Brothers, "Gunmen coming to town" The Heptones. Duke Reid memproduseri salah satu grup ska The Rude Boy (shuffling down Bond street) C.S. Dodd pun ikut memproduseri grup muda yang memiliki visi musik mereka sebagai 'rudies', yaitu kelompok The Wailers ( Bob Marley, Peter Tosh, Bunny Wailer). Prince Buster menemukan seseorang yang memiliki mitos karakter sebagai Rude Boy, yaitu Judge Dread. Lagu "007 Shanty Town" yang dinyanyikan oleh Desmond Dekker adalah sebuahkarya cemerlang dalam mendokumentasikan perilaku Rude Boy ke dalam sebuah lagu (berhasil memasuki urutan tangga lagu ke 14 di UK Charts)

Tema rude boy masih mendominasi sepanjang periode ska dan popularitasnya memuncak sepanjang musim panas tahun 1964. Beat ska menjadi lebih lambat dan Rocksteady pun lahir. Gelombang ska pertama berakhir pada tahun 1968 (Rocksteady adalah bagian cerita lain: Rocksteady kemudian melahirkan musik Reggae. Popularitas musik Reggae di Inggris disebarkan oleh Skinhead; kelompok Rastafarian mengadopsi musik Reggae dan lirik-lirik lagunya cenderung bertemakan ajaran Rastafari dan pandangan Relijiusnya, Reggae pun berkembang menjadi 'Dub', 'Dancehall', dan seterusnya)

Memasuki gelombang kedua ... sebelumnya marilah kita lihat beberapa sejarah ska lainnya: di tahun 1962, saat di mana Inggris menjanjikan jaminan secara tak terbatas kepada para imigran yang berasal dari negara-negara persemakmurannya, kerusuhan ras pun terjadi. Pada saat itu, musik ska dan Reggae sedang populer. Dibawa dari Jamaika oleh banyak musisi dan produser yang ikut berimigrasi, termasuk 'The Trojan' dan seorang kelahiran Kuba, Laurel Aitken. Pada tahun 70-an, imej Rude Boy diperbaharui dan terekspresi dalam penggabungan 2 jenis musik yang masih tergolong baru di Inggris, yaitu Reggae dan Punk oleh band The Clash (Rudie can't fail). Antara pertengahan hingga akhir tahun 70-an, band seperti The Coventry Automatics memilih untuk memainkan ska ketimbang Reggae karena menurut Jerry Dammers (pendiri band tersebut), memainkan musik ska lebih mudah dan gampang. The Coventry Automatics mengubah namanya menjadi The Specials AKA The Automatics, kemudian berubah lagi menjadi The Specials.

Selanjutnya pada tahun 1979, Jerry Dammers mendirikan 2Tone Records. Keinginan Dammers layaknya seperti Prince Buster di awal tahun 60-an, yaitu menciptakan sesuatu yang baru.Hitam dan putih menjadi simbol. Lahirlah yang dinamakan dengan 2Tone ska. Logo 2Tone, yaitu gambar kartun pria berpakaian jas hitam dengan kemeja putih, dasi hitam, topi 'pork pie', kaca mata hitam, kaus kaki putih dan sepatu 'loafers' hitam menjadi logo resmi yang karakternya di beri nama 'Walt Jabsco' (diambil dari nama Walt Disney, pendiri film kartun dan Jabsco berarti ganja dalam bahasa slang latin). Diciptakan oleh Dammers sendiri berdasarkan pose Peter Tosh pada sebuah photo awal kelompok The Wailers yang dapat dilihat pada cover album 'The Wailing Wailer Studio One Realease'.
Pada saat kerusuhan ras sedang terjadi dan organisasi rasis 'National Front' sedang tumbuh pesat, pakaian hitam putih dan band yang anggotanya terdiri dari multiras itu, mengetengahkan lagu-lagu yang bertemakan 'unity' pada saat negara tersebut sedang terpecah belah oleh isu rasial. Sama halnya dengan musik ska di Jamaika, situasi yang terjadi pada saat itu terefleksi ke dalam lirik lagu, seperti "Racist Friend" The Specials AKA. Band-band seperti Madness, The Beat, The Selecter, The Bodysnatchers, dan The Specials membuat ska menjadisesuatu yang segar dengan mengolah nomor-nomor ska klasik dari Prince Buster (Roughrider, Madness, Too hot, dll.) dan artis-artis gelombang pertamanya.Band lain yang tidak termasuk 2Tone, tetapi berasosiasi dengan gerakan 2Tone adalah Bad Manners. Ada juga persilangan dengan artis gelombang pertama dengan band 2Tone (Rico Rodriguez adalah pemain trombone yang menjadi additional player pada kelompok The Specials, anak murid dari pemain trombone ternama Don Drummond dan sering dipakai sebagai musisi studio di Jamaika).
Pada akhirnya, Chrysalis Records membeli 2Tone dari Dammers dengan keputusan menandatangani perjanjian kontrak dengan band-band 2Tone lainnya. Termasuk antara lain: The Specials, The Selecter, Madness, Rico Rodriguez, The Swinging Cats, The Friday Club, The Bodysnatchers, The Hisons, JB Allstars, Specials AKA, The Apollonairs, The Beat (di Amerika di kenal dengan nama 'The English Beat' karena sudah ada band yang memakai nama The Beat), dan sebuah single dari Elvis Costello. (catatan: single Elvis Costello tersebut berjudul "I can't stand up for falling down" menjadi permasalahan dan tidak pernah dijual. Copy lagu tersebut diberikan secara gratis kepada penggemar Costello pada saat pertunjukannya. Costello memproduseri debut album The Specials dan menjadi guest singer sekaligus produser untuk single The specials AKA yang berjudul “Nelson Mandela 12".
Pada tahun 1985, 2Tone label bubar. Dammers mengalami kebangkrutan terhadap perusahaan Chrysalis. Band-band 2Tone mengalami masa popularitasnya dari tahun1978—1985 walaupun bukan hanya 2Tone yang memainkan musik ska. Di antara band-band lainnya adalah The Tigers, Ska City Rockers, The Akrylykz (dengan Roland Gift pada tenor sax, yang kemudian bergabung bersama mantan anggota The English Beat Cox, dan Steele yang belakangan menjadi penyanyi di Fine Young Cannibals), The Employees, The Piranhas, dan masih banyak lagi ...

Hal tersebut menutup gelombang kedua musik ska. Pada gelombang ketiga, dengan berakhirnya 2Tone dan gelombang kedua, musik ska menjadi sempit, namun tidak menjadi musik yang usang. Lalu, muncul The Toasters (pernah merilis single dibawah nama 'Not Bob Marley'), Bim Skala Bim, The Untouchables & Fishbone yang menjadikan tradisi dalam mencampur beat ska dengan unsur-unsur musik lainnya seperti pop, rock dan beat-beat lainnya.

Keberadaan gelombang ketiga musik ska terdiri dari berbagai bentuk dengan mengombinasikan hampir setiap jenis musik yang kira-kira dapat dikawinkan dengan irama ska. Band-band sepertiJump With Joey, Hepcat, Yebo, NY Ska Jazz Ensemble, dan Stubborn Allstars tetap bermain pada akar ska Jamaika. Operation Ivy, Voodoo Glow Skulls, Mighty Mighty Bosstones, dll. Menggunakan energi punk untuk menciptakan ska-core. Regatta 69, Fillibuster, Urban Blight, dll. Tetap bertahan pada corak Reggae/Rocksteady beat. Punch The Clown, Undercover S.K.A., dll. Mencirikan pengaruh dari gaya 2Tone. Yang menarik adalah band asal Florida, Pork Pie Tribes menggabungkan beat ska dengan musik tradisional Irlandia. Hal lain yang lebih menarik adalah grup band The Brownies yang mencampurkan ska dengan apa saja!!

Imej Rude Boy/Rude Girl hadir kembali pada gelombang ketiga, namun kali ini tidak sebagai pemberontak, tetapi sebagai suporter yang fanatik dengan musik ska. Di gelombang ketiga ini, juga terdapat hal-hal yang tidak pernah ada pada awal gelombang pertama (beberapa di antaranya ada yang tidak pernah dimengerti), seperti 'Straight Edge' dengan logo 'X' ditangan, boneheads, OI/SKA, Skinhead Against Racial Prejudiced (SHARP's) juga konsep-konsep 'sell outs'. Ada beberapa aspek di antaranya yang belum berubah: ska masih menjadi musik kalangan remaja, setiap pertunjukan ska dapat disaksikan oleh segala umur dan tidak terlalu mahal untuk mengakomodasikannya. Di samping itu juga, ska masih membentuk beat yang unik dan harmonis walaupun digabungkan dengan unsur-unsur musik lainnya. Orang-orang pun masih banyak yang menikmatinya.

This is England (2006) Shane Meadows

Film drama yang mengambil setting Inggris di early 80”s ini bercerita tentang gambaran kasar tentang Inggris yang diceritakan lewat racial prejudicenya kaum skinhead (yang pada era itu kaum skinhead diyakini sebagai para penganut faham rasial…That’s shits man…), juga tentang sebuah hope, a great friendship, loneliness and fuckin shit about politics.

Film yang menurut saya sangat-sangat Brit banget, karena (mungkin) memasukkan unsur subculture (yang lahir) di Inggris, juga pada awal tahun 80-an tersebut meredupnya glam dan musik rock memasuki babak baru, juga merupakan tahun yang sangat ironis bagi rakyat Inggris karena pengangguran meningkat sangat tinggi serta lunturnya nasionalisme di inggris raya, sampai kelunturan nasionalisme di inggris, serta kelanjutan dari mini skirt, mini morals (seperti Indonesia sekarang) dari era sebelumnya.

Film ini di buka dengan gambar peristiwa yang seolah-olah menjadi ikon di tahun tersebut, yang dulu Cuma kita lihat lewat Dunia Dalam Berita nya TVRI.
Dengan lantunan musik reggaenya F.Hibbert, “54-46 was my numbers” yang dibawakan dengan cantik oleh tooth and the maytails, compile gambar seperti Falkland war dimana Inggris berperang dengan Argentina untuk pulau Malvinas, aksi rasis yang ditujukan kepada imigran Pakistan (asia), neo-nazi parade, Margaret thatcher, film knight rider, skinhead gig, pernikahan putrid Diana dan pangeran charles, white reggae, aksi-aksi greenpeace, era video game Atari (dimana Atari mengeluarkan produk barunya table-version), era awal cd audio dibuat, dan tentu saja skinhead stuff like fred perry, ben shermans, Dr. Marten boots (that’s make me think about …; ) ) serta gignya the police sangat menyatu dengan musik reggae untuk menggambarkan suasana pada era itu (its very-very cracking for eighties sountrack).

Film ini bercerita tentang seorang anak (shaun) yang mengalami masalah pada kehidupan karena ditinggal mati ayahnya di perang malvinas, ia menjadi peka dan sangat perasa.
Ia kemudian bertemu dengan Woody seorang skinhead yang mengajaknya ikut bergabung ke dalam geng, di situ ia dapat diterima dan mendapat teman. ada peristiwa yang menurut saya lucu ketika Shaun minta sepatu Dr Martens kepada ibunya, and he said…no shaun, they look like thug boots, they’re awful…(hehehe..teringat dulu ibu saya juga ngomong seperti itu).

Persoalan muncul ketika geng itu kemasukan orang lama (Combo) yang membawa rasa rasis ke dalam geng itu, karena Woody menolak prinsip rasis itu, muncul perpecahan dan setiap tokoh dalam geng tersebut harus memilih untuk berpihak kepada siapa, pada saat itu rakyat Inggris sedang dilanda krisis karena pengangguran dan masalah rasial yang tinggi, dimana perekonomian dikuasai oleh orang non-Inggris dan sensitive issue tersebut digunakan oleh kaum nationalist sebagai alat propaganda kampanye yang menggunakan skinhead sebagai alat perangnya, itu kelihatan pada saat jubir nationalist Front (di film itu) berbicara,
“Our country is being stolen from under our noses. The time has come to take it back”.
(Sebuah pernyataan yang saya kira sangat nasionalis banget…)

Pemakaian karakter Shaun (12 Tahun) menurut saya bagus, karena Like the England he inhabits, he is a heap of contradictions. His small frame and innocent face belie his brazen gobbiness and the foul, racist curses that his mouth emits are made all the more deplorable in contrast to his simple, childish giggles.
penggunaan frame subkultur skinhead untuk menggambarkan (Inggris umumnya) film ini khususnya sangat orisinal karena anggapan saya dengan melihat satu budaya dari sebuah negara, kita akan melihat gambaran umum tentang negara tersebut.

Penggambaran drama film diatas sangat gamblang, baik dan enak ditonton, walaupun ceritanya sangat sentralisitis, (hanya tentang persoalan itu saja), tapi dengan pandangan dan angle sang sutradara (mungkin) dengan background subkultur film jadi tidak membosankan.

Mungkin menurut saya apa yang kita ambil dari This Is England ialah sang sutradara berhasil mengangkat suatu cerita yang emosional, dengan sebuah background sebuah keadaan subkultur, walaupun memakai setting 80-an tapi jangan harap romantisme masa silam ditemukan disini, yang (selalu) dipenuhi glitter dan gaya klasik (retro), dan dibumbui dengan jalinan asmara dua sejoli (he..he..he..). Tetapi, difilm ini penuh dengan rasa hangat hubungan antar manusia, refleksi sosial dari keburukan moral dan pemahanaman yang salah tentang politik, suatu keadaan saat ini kita rasakan….

Minggu, 11 November 2007

Oi! di Indonesia

Oi!

Oi! berarti hello dalam aksen cockney di Inggris. Oi! musik bermula di akhir 70-an setelah kemunculan Punk Rock. Ketika gelombang pertama punk menyerang, band seperti Sham69, The Business, dan Cock Sparrer sudah bernyanyi tentang hidup di jalanan di saat Sex Pistols mencoba memulai "Anarchy In the Uk". Lalu reality punk atau street punk dimulai dengan Sham 69 dan Sparrer, seperti juga Slaughter and The Dogs juga Menace. Oi! adalah musik untuk semua dan semua orang yang berjalan di jalanan kota dan melihat rendah pada kaum elit dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang bekerja sepanjang hari sebagai budak gaji dapat dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang selalu merasa berbeda, juga dapat dihubungkan dengan Oi!. Musik Oi! tidak memandang perbedaan ras, warna, dan kepercayaan. "Oi! music is about having a laugh and having a say, plain and simple...."

Sejarah

Ketika era 80-an menyerang dan punk rock mendapatkan nafas baru, Oi! menjadi bagian yang solid dari pergerakan itu, yang diperkenalkan oleh Garry Bushell, penulis di Sounds, koran musik di Inggris. Garry percaya bahwa punk rock adalah musik protes dan mengumpulkan semua band street punk di bawah bendera Oi! seperti The Business, The 4-skins, Combat 84, Infariot, dan Last Resort menyerbu Punk Scene dengan jenis realita mereka. Seperti motto Last Resort, "No Mess, No Fuse, just Pure Impact!" Musik Oi! mulai meredup di akhir 80-an. Dan di Amerika, hardcore adalah musik yang didengar oleh Skinhead. Dapat dikatakan bahwa musik Oi! bukan hanya musiknya Skinhead.

Oi! dan rasisme

Pertama orang mendengar Oi! pasti identik dengan Skinhead, sementara skinhead identik dengan rasisme. Jadi kesalahpahaman yang muncul, Oi! adalah musik rasis. Budaya ini mulai dengan masuknya imigran Jamaika ke Inggris. Cara berpakaian skinhead diadopsi dari Rude boys (ingat Ska) dan Mods, tapi dengan tampilan yang lebih Tough dan Rough. Skinhead yang sebenarnya tidak rasis, akan tetapi imej skinhead disalahgunakan oleh kaum kananNeo-Nazi untuk menciptakan karakter yang keras. tetapi sesungguhnya bahwa skinhead bukanlah seorang yang rasis,dan perlu di ketahui bahwa image skinhead yang sesungguhnya memanglah keras bukan berarti rasisme.

Lirik

Lirik-lirik dalam Oi! cenderung bercerita tentang anti-rasis/fasis, hidup sebagai skinhead, protes, sepak bola, bir, dan sedikit kekerasan! jangan lupa beberapa lagu Cock Sparrer bercerita tentang CINTA. silakan cek. Pendengar musik ini selain Skinhead juga ada Punks, Rude boys, Mods, dan Herberts. Yang dimaksud dengan Herberts adalah orang-orang yang suka dengan Oi! tapi bukan skinhead atau punks. Mereka hanya orang-orang biasa yang cinta dengan Oi!.

Oi! di Indonesia

Di Bandung sendiri, Oi! dimulai pertengahan 90-an diawali dengan Runtah. Ketika terjadi booming Ska di Indonesia, bermunculan banyak Skinhead, entah mereka hanya poseurs, trendy wankers ataupun a true SKINHEAD itselfs. Seiring dengan "mati"-nya tren ska karena dihantam secara dahsyat oleh major label, maka menghilang pulalah Skinhead. Tapi ingat, setiap hilangnya suatu tren bukan berarti hilang pula subkultur yang tercipta atau terbawa oleh trend tersebut. Walaupun sedikit, tapi Skinhead di Indonesia, di Bandung khususnya still going strong and getting bigger. Ada beberapa organisasi Skinhead di dunia yang masuk ke Indonesia. Antara lain adalah Red Anarchist Skinhead dan Skinhead Against Racial Prejudice. Bahkan Neo-Nazi Skinhead sendiri ada di negara kulit berwarna seperti Indonesia ini. Beberapa gelintir Skinhead Rasis ini terlihat di Bandung dan Jakarta. Di Yogyakarta para Skinhead umumnya sudah mengerti asal muasal sub Kultur ini. Di Yogyakarta beberapa band skinhead memainkan ska selain Oi! dan Hardcore.
Sampai saat ini sudah banyak sekali band Oi! di Bandung, seperti Haircuts, Rentenir, Battle 98, The Real Enemy, Sanfranskins, One Voice, dan banyak lagi. Karena gelombang Skinhead Rasis yang mulai meresahkan maka beberapa skinhead non-rasis dan anti rasis dari beberapa band Oi! di bandung , membuat sebuah band bernama Combat 34 yang sangat anti rasis, nama band ini adalah ejekan untuk skinhead rasis di Jakarta yg menamakan diri COMBAT 18 Indonesia, lagu-lagu mereka bercerita tentang apa gunanya jadi rasis di Indonesia, ajakan berkelahi untuk para skinhead rasis, dan pastinya juga tentang sepak bola, perkelahian di jalan, dengan moto mereka "Sometimes Anti-Social but Always Anti-Racist". Band-band tadi sudah merilis beberapa kompilasi dan mini album di bawah naungan United Races Records. Skinhead di Bandung sering terlihat di workers store di gedung Miramar lantai dasar sebelah Palaguna. Sekarang Gd. Miramar ini sudah tidak ada, dan kita dapat menemui mereka di P.I. (Pasar Induk: sebutan untuk Mal pertama di Bandung) yang berlokasi di belakang mal Bandung Indah Plaza. Jangan lupakan kota pelajar, Yogyakarta, disini ada banyak band2 Oi!/streetpunk, mereka masing2 memiliki ciri yang berbeda antar bandnya, seperti Captain Oi!, Sardonic, Dom 65, Elang Bondol, Selokan Mataram, Bala Nusantara dan masih banyak lagi, selain banyak yang sudah RIP, band2 ini berada di bawah naungan Realino Records, Ruckson Music (milik salah satu personel Dom 65), Unite n Strong. skinhead di Yogyakarta dapat ditemui di daerah jalan Mataram. Ada beberapa album baik full ataupun kompilasi yang telah beredar.

Di Jakarta sendiri scene skinhead cukup berkembang dengan baik. Kita dapat menemui banyak skinhead di seputaran kota ini. Mulai dari Trad Skins, SHARP Skins, sampai yang Rasis pun ada. Band-band Oi! asal Jakarta antara lain adalah The End, Anti-Squad, Garuda Botak, the Gross, the Bretel, dan lainnya.

Di Bali juga anda bisa melihat anak2 skinhead di daerah denpasar, mereka biasanya nongkrong di Skin. Net yg berlokasi di imambonjol, Band-band Oi! Asal bali juga cukup banyak seperti The Resistance, The Resnchy, The Stomper, Bootbois, The Gunners, Freedom voice, Bandito squad dan masi banyak yg lainnya ! Semenjak diadakannya acara tahunan Skinhead Jambore di bali, komunitas Skinhead dari seluruh Indonesia bisa saling mengenal karena biasanya anak skins dari luar kota datang ke bali untuk meramaikan acara Skinhead Jambore. Sarana komunikasi anak2 skinhead ini biasanya melalui internet baik chat maupun lewat web www.skinheadindonesia.com yg kini masi dalam tahap perbaikan.

Jumat, 09 November 2007

List of Skinhead films

A list of films relating to or about the Skinhead culture.

* 16 Years Of Alcohol (2004) Richard Jobson
* American History X (1998) Tony Kaye
* A Clockwork Orange (1971) Stanley Kubrick
* The Believer (2001) Henry Bean
* The Comic Strip Presents: The Yob (1982) Sandy Johnson
* The Firm (1989) Alan Clarke
* I.D. (1994) Phil Davis
* IP5 (1992) Jean-Jaques Beiniex
* Made In Britain (1983) Alan Clarke
* Meantime (1983) Mike Leigh
* Oi! Warning (1999) Ben and Dominik Reding
* Paraiah: (1997) Randolph Kret
* Quadrophenia (1979) Franc Roddam
* Romper Stomper (1992) Geoffrey Wright
* Rude Boy (1980) David Mingay
* Skinhead Attitude (2004) Daniel Schweizer
* Skinheads (1988) Greydton Clark
* Suburbia (1983) Penelope Spheeris
* UK/DK: A Film About Punks And Skinheads (1983) Cherry Red Records
* The Warriors (1979) Walter Hill
* World Of Skinhead (1996) Doug Aubrey
* This is England (2006) Shane Meadows

Kamis, 08 November 2007

Atribute Skinhead dan Istilah-istilahnya

1- Pakaian bagi Skinheads

Baju
»Ben Sherman
»Lonsdale
»Freed Perry
»Jersey Bola
»Braces

Jaket
»Donkey Jacket
»Bomber Jacket
»Arnold Palmer
»Levis
»Wrangler
»Harrington

Jeans
»Levis
»Lee
»Wrangler
»Slack

Sta-Pres
»Diekies

Boot
»Dr. Marten
»Monkey Boot
»Underground
»Steel-Toe

Snikers
»Adidas

2- Skinheads ada dua cabang yaitu New Traditional dan Traditional.

3- Traditional Skinheads punya peringkat
» Football
» Hardworking
» Sex & Violence
» Drunk Together
» Riot & Choas

4- Skinheads menggemari Hang Out atau melapak di Snooker dan juga Pub.

5- Boot juga dianggap sebagai senjata utama bagi Skinheads.

6- Skinheads muncul pada tahun 60an dan berkembang pada tahun 1964 yaitu di bandar Chelsea, England.

7- Sham 69 ialah band pertama yang memainkan muzik Punk Oi!

8- Fighting 84 ialah perkelahian terbesar antara Punk dan Skinheads di England pada tahun 1984 yang melibatkan 5000 orang Punk dan Skinheads.

9- Pada tahun 1971 Skinheads telah dilihat oleh khalayak ramai yaitu seramai 300 orang di bandar Chelsea.

10- Pada tiap-tiap, Sabtu Skinheads berkumpul di padang bola sepak untuk menyokong pasukan bola tempatan.

11- S.H.A.R.P ialah perkataan yang telah diberi oleh Jimpesy yaitu orang kuat Punk Oi!

12- Pada tahun 1971, Jimpesy telah membentuk Football Team.

13- Jimpesy telah meminta kebenaran dari Queen Chelsea untuk membentuk Football Team untuk Skinheads.

14- Skinheads hendaklah menghentakkan kaki mereka sebelum masuk ke padang sebagai memperingati jasa yang dicurahkan oleh Jimpesy untuk Skinheads Football.

15- Football Hooligans = Penonton Skinheads yang suka membuat huru-hara di stadium bola sepak.

16- Hooligans = Kuasa besar.

17- Hooo! Budak Skinheads yang pergi menonton perlawanan bola sepak pada tahun 1968.

18- T-shirt Freed Perry yang bewarna hitam adalah yang pertama dikeluarkan dibagian utara.

19- Warna hitam, kuning dan putih adalah warna bagi baju Freed Perry pada tahun 1971.

20- Pengasas Oi! ialah wartawan dari News The Sun yang bernama Garry Bushell.

21- Riot membawa maksud rusuhan dan sewaktu rusuhan ini berlaku, Skinheads yang memakai braces hendaklah melepaskan braces mereka sewaktu merusuh.

22- Fashion rambut botak telah dimajukan oleh Skinheads pada tahun 1964 .

23- Skinheads telah menamakan Fashion rambut Suede Head.

24- Suede Head sesuai dengan Skinheads yang working class.

25- Hippy ialah potongan rambut yang sederhana.

26- Skinheads tidak menyukai rambut Hippy dan menukar pada rambut botak pada tahun 1964.

27- Fresh Cut = Potongan ini sesuai untuk ahli Skinheads yang baru ataupun New Comersdalam scane Skinheads.

28- Sham 69 tidak menyukai Skinheads, kerana Skinheads membuat huru-hara di gig Punk diLondon.

29- Salah seorang Skinheads hendaklah menyebut Vehaviour sebelum memulakan Riot.

30- Skin dan Tren : Gemar mengubah tekanan, Gemar mengkaji, Gemar menyembahkan sytle mereka

31- American Hell Angel = Apabila seorang Skinheads menunggang vespa, mereka ini dekenali sebagai American Hell Angel.

32- Skinheads juga bergabung dengan berbagai jenis pakaian termasuklah di barat India.

33- Uniform juga boleh dikenali sebagai Edwardian.

34- New Look Celana ketat yang dipakai oleh Skinheads di bandar New Look.

35- Arti warna Braces :
»Kuning = Bunuh Polis
»Merah = Kejam / Nazi
»Putih = Nazi
»Hitam = Traditional

36- Arti Warna Tali :
»Hitam = Traditional, SHARP
»Merah = Nazi, National Front, Kumunis
»Putih = White Power
»Pink = Gayskin
»Biru = Penyokong Chelsea, ### Polis

37- Hammerskin merupakan Skinheads di England yang menamakan diri mereka sebagai menonton “Up Againt The Wall”.

38- Nutty Skinheads dikenali sebagai Skinheads yang berfikir gila-gila.

39- Rudeboy adalah gelaran bagi budak nakal, budak jalanan, dan kurang ajar yang berkulit hitam.

40- Skinheads telah meniru pakaian Rudeboy seperti Longcoat yang dilihat di bandar Brixton.

41- Miewa Break seorang jurulatih pasukan bola Skinheads.

42- Nick Knigt seorang photographer dan suka mengkaji alam sekeliling.

43- Harry mempunyai nama samaran iatu Duck.

44- Pada sebelah tengah hari One Hot, Nick Knigt telah berjumpa dengan Harry The Duck untuk membincangkan masalah Skinheads pada tahun 1981.

45- Harps = Hawahansian Againts Racial Prejudice.

46- SCAR = Skinheads Culture Anti Racist.

47- A.P.I = Skinheads Jamaica telah menubuhkan satu parti iatu Anti Paki League.

48- B.N.P = British Nazi Parti

49- Swastika = Nazi

50- Niggies = Kerajaan

51- Old Biddies = Polis

~Arti Kata Di balik "SKINHEAD"

S - soldier -askar
K - kingdom -
I - individual
N - nationalisme
H - hate
E - ego
A - and
D - drugs

~Arti yang terkandung dalam kata :

"Levis" dan "Adidas".

L - London
E - England
V - Violance
I - Is
S - Skinheads


A - All
D - Did
I - I
D - Do
A - All
S - Skinheads

~Celana jeans Levis merupakan Celana jeans pertama di England waktu ketika dahulu. Sebab itulah Skinheads harus memakai Celana jeans Levis ataupun barangan Levis.

~Fred Perry merupakan pasukan tenis pertama di England yg telah merangkul kejuaraan 3 kali berturut-turut dan seterusnya menaikkan dan mengharumkan nama England dipersada sukan tenis.

~Adidas merupakan barangan sukan yg terkenal di zaman kegemilangan Skinheads di England. Antaranya barangan bola sepak.

~Lonsdale merupakan sebuah kelab tinju di England dan juga menaikkan nama England.

~Pada kesimpulannya, semua Skinheads perlu menyokong barangan buatan England dan kebanyakannya jenama barangan bagi seorang Skinheads merupakan jenama dari England.

~The Last Resort adalah tempat jemming bagi Skinheads pada ketika dahulu di England. Hanya disana sahaja tempat bagi Skinheads. Budak² Skinheads tidak boleh masuk jemming lain kecual The Last Resort. Bagi mengenang jasa mereka, Skinheads telah menamakan band mereka sebagai The Last Resort.